Rabu, 08 Juni 2011

LAMARAN PEKERJAAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. DATA PRIBADI
Nama : AHMAD AFFANDI
Tempat ,tanggal lahir : jakarta 19, April 1993
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Nikah
Pendidikan trakhir : SMK Negeri 36 jakarta
Alamat : jl. Lagoa terusan gg5 C2 /27A
RT 009/03 kel, lagoa kec, koja
Jakarta utara 14270
No. Telp/hp : (021)97462774


2. KETERANGAN PRIBADI
A. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD : Berizasah tahun 2005
2. SMP : Berijazah tahun 2008
3. SMK : Berijazah tahun 2011

B. PENDIDIKAN INFORMAL
1. Sertifikat Praktek Kerja Lapangan di PT. KOMATSU INDONESIA
2. Sertifikat Praktek Kerja Lapangan di PT. DENSO INDONESIA

3. PENGALAMAN KERJA

1. Belum ada


Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sedenar-benarnya.


Hormat saya,


AHMAD AFFANDI



Hal : Lamaran pekerjaan

Jakarta

Kepada yth,
Kepala bagian personalia
Di tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : AHMAD AFFANDI
Tempat ,tanggal lahir : jakarta 19, April 1993
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Nikah
Pendidikan trakhir : SMK Negeri 36 jakarta
Alamat : jl. Lagoa terusan gg5 C2 /27A
RT 009/03 kel, lagoa kec, koja
Jakarta utara 14270
No. Telp/hp : (021)97462774

Sebagai bahan pertimbangan bersama ini saya lampirkan sebagai berikut:
1. Daftar riwayah hidup
2. Foto copy surat keterangan lulus
3. Foto copy KTP
4. Foto copy SKCK
5. Foto copy sertifikat-sertifikat
6. Pas fhoto 4x6 (1 lembar )

Demikian surat lamaran ini saya buat, besar harapan saya untuk dapat
Diterima di perusahaan yang Bapak/Ibu pimpin. Atas perhatianya
Saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya



AHMAD AFFANDI

Rabu, 18 Mei 2011

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly. Photobucket 02 April 2010 Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly. Photobucket
02 April 2010
Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf

Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf adalah salah satu putra dari 16 bersaudara putra-putri Alm. Al-Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf ( tokoh alim dan imam Masjid Jami' Asegaf di Pasar Kliwon Solo), berawal dari pendidikan yang diberikan oleh guru besarnya yang sekaligus ayah handa tercinta, Habib Syech mendalami ajaran agama dan Ahlaq leluhurnya. Berlanjut sambung pendidikan tersebut oleh paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaout.

Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi (Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi). Berkat segala bimbingan, nasehat, serta kesabaranya, Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf menapaki hari untuk senantiasa melakukan syiar cinta Rosul yang diawali dari Kota Solo. Waktu demi waktu berjalan mengiringi syiar cinta Rosulnya, tanpa disadari banyak umat yang tertarik dan mengikuti majelisnya, hingga saat ini telah ada ribuan jama'ah yang tergabung dalam Ahbabul Musthofa. Mereka mengikuti dan mendalami tetang pentingnya Cinta kepada Rosul SAW dalam kehidupan ini.

Ahbabul Musthofa, adalah salah satu dari beberapa majelis yang ada untuk mempermudah umat dalam memahami dan mentauladani Rosul SAW, berdiri sekitar Tahun 1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan, berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW .

Sampai sekarang, Habib Syech masih melantunkan syair-syair indah nan menggetarkan hati Sholawat Shimthud Durror di berbagai tempat, untuk di Jogja setiap malam Jumat Pahing di IAIN SUKA, Timoho.

Sholawat rutin :
setiap hari Rabu Malam dan Sabtu Malam Ba'da Isyak di Kediaman Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf .
Pengajian Rutin Selapanan Ahbabul Musthofa
- Purwodadi ( Malam Sabtu Kliwon ) di Masjid Agung Baitul Makmur Purwodadi.
- Kudus ( Malam Rabu Pahing ) di Halaman Masjid Agung Kudus.
- Jepara ( Malam Sabtu Legi ) di Halaman Masjid Agung Jepara .
- Sragen ( Malam Minggu Pahing ) di Masjid Assakinah, Puro Asri, Sragen.
- Jogja ( Malam Jum'at Pahing ) di Halaman PP. Minhajuttamyiz, Timoho, di belakang Kampus IAIN.
- Solo ( Malam Minggu Legi ) di Halaman Mesjid Agung Surakarta.

Jangan hanya main band meniru dan mengidolakan gaya orang-orang kafir, tapi Nabi sendiri tidak pernah ditiru dan dipuji puji! Sudah saatnya bersholawat, menjunjung, memuji dan meniru Nabi Muhammad SAW agar memperoleh syafaatnya dan beliau mengakui kita sebagai umatnya, karena percuma saja kita yg mengaku ngaku umatnya, tapi tidak pernah bersholawat.

Berikut ini adalah koleksi sholawatan bareng Habib Syech Abdul Qodir Assegaf.
01. Yaa Arhamarrahimiinn
02. Yaa Maulidal Musthofa
03. Yaa Syayyidarrasul Yaa Tohir
04. Yaa Robbi Yaa AlimulHal
05. Bi Rojauka

06. Bijahil Musthofalmuchtar
07. Binafsi Afdii
08. Busyrolanaa
09. Dunuunii
10. Lighoiri Jamalikum

11. Maulana Yaa Maulanaa
12. Qod Tamammallahu maqosyidana
13. Sholawatullohi Taghsya
14. Yaa Dzaljalaali Wal Ikraam
15. Yaa Laqolbi

16. Yaa Latifa Bilibad
17. Yaa Maulidal Musthofa
18. Yaa Rasulalloh Salamun Alaik
19. Yaa Robbi Makkah
20. Yaa Robbibil Musthofa

21. Yaa Nabi Salam
22. Ya Habib
23. Qowiyah
24. Ya Alloh Biha
25. Maqoshidna

26. La Ilaha Ilallah
27. Ya Ala Batin Nabi
28. Ya Hanana
29. La Ilaha Illallah
30. Mammada

31. Nurul Musthofa
32. Anta Nasachoh
33. Ya Rosulallah Ya Ahlal Wafa
34. Ya Thoyyibah

Cerita dari Habib Hasan bin Ja’far Assegaf (Nurul Mustafa) tentang Al Habib Abdullah bin Abdulqadir Bil Faqih bertemu dengan Nabiyullah Khidir

Aku Mendengar dari guruku, as-sayyid al-walid habibana Hasan bin ja’far assegaf,dan bliau sendiri yg mengalaminya.
suatu ketika,semasa habib Hasan di pesantren darul hadist malang, beliau dipanggil oleh gurunya untuk membuat teh 2 gelas,lalu habib Hasan bingung berfikir dalam hati beliau, kan ga ada tamu kok minta bikin 2 gelas teh…
krena printah guru bsar,beliau turuti….

Singkat cerita jadilah teh itu dibawa kehadapan guru beliau Habib Abdullah bin Abdulqadir Bil Faqih. lalu habib Hasan berfikir,klo teh itu untuk beliau berdua. Ternyata Habib Hasan disuruh keluar,ya Hasan ente boleh keluar (perkataan Habib Abdullah Bil Faqih).

lalu Habib Hasan keluar,dari kejauhan Habib menunggu tamu siapa yg akan datang. Dan lalu tiba-tiba datang tukang siomay berpakaian compang camping dengan mengenakan handuk kcil dilehernya, lalu tukang siomay itu diciumi kening dan pipinya oleh gurunya Habib Hasan. Dan tekang siomay itu memegang jenggot gurunya, dalam hati Habib Hasan bertanya-tanya siapa dia lancang sekali tidak lama kemudian, karena Habib Hasan perutnya sakit beliau menuju belakang (kamar mandi), tidak selang lama panggilan adzan datang. Lalu Habib Hasan buru-buru menuju masjid, dan ketika sebelum sampai masjid bertemu guru beliau al Habib Abdullah bin Abdulqadir bin Ahmad Bil Faqih lalu beliau bercakap-cakap dengan Habib Hasan,

“ya Hasan kmana td ente”, dg polosnya beliau jawab
“ane ke belakang bib sakit perut”,

lalu guru bliau bilang lagi,

“coba tadi ente sabar sebentar menunggu ane,ane ajak salaman ma beliau”

Habib Hasan kaget dan berkata, “kan cuma tukang siomay ya Habib”. lalu guru beliau berkata

“enak aje ente,ente liat pake kaca mata gag.itu nabi yaallah khidir yg bertamu ama ane,klo bliau pake gamis n imamah rapih,org2 pada mau salaman”

subhanallah,ini terjadi waktu tahun 80an

Sebuah Catatan Facebook

Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Habib Ali Kwitang)

Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Habib Ali Kwitang)
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi adalah putera dari Habib Abdurrahman Al-Habsyi. Ayah beliau tinggal di Jakarta. Ibunda beliau yaitu Nyai Salmah berasal dari Jatinegara, Jakarta Timur. Dalam perkawinannya dengan Al-Habib Abdurrahman Al-Habsyi lama sekali tidak memperoleh seorang putera pun. Pada suatu ketika Nyai Salmah bermimpi menggali sumur dan sumur tersebut airnya melimpah-limpah hingga membanjiri sekelilingnya. Lalu diceritakanlah mimpinya itu kepada suaminya.

Mendengar mimpi istrinya, Al-Habib Abdurrahman segera menemui Al-Habib Syeikh bin Ahmad Bafaqih untuk menceritakan dan menanyakan perihal mimpi istrinya tersebut. Lalu Al-Habib Syeikh menerangkan tentang perihal mimpi tersebut bahwa Nyai Salmah istri Al-Habib Abdurrahman akan mendapatkan seorang putra yang saleh dan ilmunya akan melimpah-limpah keberkatannya.

Apa yang dikemukakan oleh Al-Habib Syeikh itu tidak berapa lama menjadi kenyataan. Nyai Salmah mengandung dan pada hari Minggu tanggal 20 Jumadil ‘Awal 1286 bertepatan tanggal 20 April 1870 lahirlah seorang putra yang kemudian diberi nama Ali bin Abdurrahman Alhabsyi.

Al-Habib Abdurrahman Alhabsyi tidak lama hidup mendampingi putra yang beliau cintai tersebut. Beliau berpulang ke Rahmatulloh ketika putra beliau masih berumur 10 tahun. Tetapi sebelum beliau wafat, beliau sempat menyampaikan suatu wasiat kepada istrinya agar putra beliau hendaknya dikirim ke Hadramaut dan Makkah untuk belajar ilmu agama Islam di tempat-tempat tersebut.

Untuk memenuhi wasiat suaminya, Nyai Salmah menjual gelang satu-satunya perhiasan yang dimilikinya untuk biaya perjalanan Habib Ali Alhabsyi ke Hadramaut dan Makkah. Karena di waktu wafatnya Al-Habib Abdurrahman Alhabsyi tidak meninggalkan harta benda apapun. Dalam usia 10 tahun berangkatlah Al-Habib Ali Alhabsyi dari Jakarta menuju Hadramaut, dengan bekal sekedar ongkos tiket kapal laut sampai di tempat yang dituju.

Sesampainya di Hadramaut, Al-Habib Ali sebagai seorang anak yang sholeh, tidak mensia-siakan masa mudanya yang berharga itu untuk menuntut ilmu yang bermanfaat, sambil mencari rizki yang halal untuk bekal hidup beliau selama menuntut ilmu di tempat yang jauh dari ibunya. Sebab beliau menyadari bahwa ibunya tidak mampu untuk mengirimkan uang kepada beliau selama menuntut ilmu di luar negeri tersebut.

Diantara pekerjaan beliau selama di Hadramaut dalam mencari rizki yang halal untuk bekal menuntut ilmu ialah mengambil upah menggembala kambing. Pekerjaan menggembala kambing ini rupanya telah menjadi kebiasaan kebanyakan para sholihin, terutama para Anbiya’. begitulah hikmah Ilahi dalam mendidik orang-orang besar yang akan diberikan tugas memimpin umat ini.

Diantara guru-guru beliau yang banyak memberikan pelajaran dan mendidik beliau selama di Hadramaut antara lain :

Al-’Arif billah Al-Imam Al-Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi (Shohibul maulid di Seiwun)

Al-Imam Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-’Attos (Huraidha)

Al-Habib Al-Allammah Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur (Mufti Hadramaut)

Al-Habib Ahmad bin Hasan Alaydrus (Bor)

Al-Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhor (Guwairah)

Al-Habib Idrus bin Umar Alhabsyi (Ghurfah)

Al-Habib Muhammad bin Sholeh bin Abdullah Alatas (Wadi Amed)

As-Syeikh Hasan bin Mukhandan (Bor)

Setelah belajar di Hadramaut, beliau melanjutkan pelajaran di tanah suci Makkah, dibawah didikan ulama-ulama besar disana, diantaranya :

Mufti Makkah Al-Imam Muhammad bin Husin Alhabsyi

Sayid Bakri Syaththa’

As-Syeikh Muhammad Said Babsail

As-Syeikh Umar Hamdan

Berkat doa ibu dan ayah beliau, juga berkat doa para datuk-datuk beliau, terutama datuk beliau Rasullulloh SAW, dalam masa 6,5 tahun belajar di luar negeri Al-Habib Ali telah memperoleh ilmu Islam yang murni, luas dan mendalam yang dibawanya kembali ke Indonesia.

Meskipun demikian, beliau adalah seorang yang tidak sombong atas ilmunya. Beliau tidak menganggap bahwa ilmu yang dimilikinya sudah cukup. Beliau masih dan selalu mengambil manfaat dari para alim ulama yang ada di Indonesia saat itu. Beliau mengambil ilmu dari mereka. Diantara para guru beliau yang ada di Indonesia adalah :

Al-Habib Muhammad bin Thohir Alhaddad (Tegal)

Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya)

Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Empang, Bogor)

Al-Habib Husin bin Muhsin Asy-Syami Alatas (Jakarta)

Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhor (Bondowoso)

Al-Habib Ahmad bin Muhsin Alhaddar (Bangil)

Al-Habib Abdullah bin Ali Alhaddad (Bangil)

Al-Habib Abdullah bin Usman Bin Yahya (Mufti Jakarta)

Selain menuntut ilmu, beliau juga aktif dalam mengembangkan dakwah Islamiyyah, mengajak umat Islam untuk mengikuti ajaran-ajaran Islam yang suci dengan dasar cinta kepada Alloh dan Rasul-Nya SAW.

Selain di pengajian tetap di majlis ta’lim Kwitang yang diadakan setiap hari Minggu pagi sejak kurang lebih 70 tahun yang lalu hingga sekarang dengan kunjungan umat Islam yang berpuluh-puluh ribu, beliau juga aktif menjalankan dakwah di lain-lain tempat di seluruh Indonesia. Bahkan hingga ke desa-desa yang terpencil di lereng-lereng gunung. Selain itu Al-Habib Ali Alhabsyi juga berdakwah ke Singapura, Malaysia, India, Pakistan, Srilangka dan Mesir. Beliau juga sempat mendirikan sebuah madrasah yang bernama Unwanul Ulum. Beliau banyak juga mendirikan langgar dan musholla, yang kemudian diperbesar menjadi masjid. Selain itu beliau juga sempat menulis beberapa kitab, diantaranya Al-Azhar Al-Wardiyyah fi As-Shuurah An-Nabawiyyah dan Ad-Durar fi As-Shalawat ala Khair Al-Bariyyah.

Beliau selain ahli dalam menyampaikan dakwah ilalloh, beliau juga terkenal dengan akhlaknya yang tinggi, baik terhadap kawan maupun terhadap orang yang tidak suka kepadanya. Semuanya dihadapinya dengan ramah-tamah dan sopan santun yang tinggi. Terlebih lagi khidmat beliau terhadap ibunya adalah sangat luar biasa. Dalam melakukan rasa bakti kepada ibunya sedemikian ikhlas dan tawadhu’nya, sehingga tidak pernah beliau membantah perintah ibunya. Biarpun beliau sedang berada di tempat yang jauh, misalnya sewaktu beliau sedang berdakwah di Surabaya ataupun di Singapura, bila beliau menerima telegram panggilan dari ibunya, segera beliau pulang secepat-cepatnya ke Jakarta untuk memenuhi panggilan ibunya tersebut.

Maka tidak heran apabila ilmu beliau sangat berkat, dan dakwah beliau dimana-mana mendapat sambutan yang menggembirakan. Setiap orang yang jumpa dengan beliau, apalagi sampai mendengarkan pidatonya, pastilah akan tertarik. Terutama di saat beliau mentalqinkan dzikir atau membaca sholawat dengan suara mengharukan, disertai tetesan air mata, maka segenap yang hadir turut meneteskan air mata. Dan yang demikian itu tidak mungkin jika tidak dikarenakan keluar dari suatu hati yang ikhlas, hati yang disinari oleh nur iman dan nur mahabbah kepada Alloh dan Rasul-Nya SAW.

Akhirnya sampailah waktu dimana beliau memenuhi panggilan Allah. Beliau berpulang ke haribaan Allah pada hari Minggu tanggal 20 Rajab 1388 bertepatan dengan 13 Oktober 1968, di tempat kediaman beliau di Kwitang Jakarta, dalam usia 102 tahun menurut Hijriyah atau usia 98 tahun menurut perhitungan Masehi. Ungkapan duka cita mengiringi kepergian beliau. Masyarakat berbondong-bondong hadir mengikuti prosesi pemakaman beliau…dalam suasana sendu dan syahdu. Seorang ulama besar telah berpulang, namun jasa-jasa dan ahklak mulia beliau masih tetap terkenang…menembus batasan ruang dan zaman.

Radhiyallahu anhu wa ardhah…

Sumber:

Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, Muhammad Syamsu Assegaf
Dihantar oleh M.A.Uswah pada 10:32 AM
Label: Taman Habaib Indonesia
0 komen:

Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Free Islamic Calendar
Blog Baru! Lawati...
Blog Baru! Lawati...
Wajah Ulama Habaib


Nur Selawat

air
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan noda-dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya."
(Al-Ahzab: 33)

"Berziarahlah kamu kepada orang-orang soleh! Kerana orang-orang soleh adalah ubat hati."

(Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas)

"Seindah-indahnya tempat di dunia adalah tempat orang-orang yang soleh, kerana mereka bagai bintang-bintang yang bersinar pada tempatnya di petala langit."

(Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad)
Penulis
Foto Saya

M.A.Uswah (Muhammad Abdulloh bin Suradi)
Sandakan, Sabah, Malaysia
Pengkaji, penulis & penyair. Kalau terdapat sebarang pertanyaan mengenai biografi ulama atau gambar ulama atau lainnya, bolehlah menghubungi saya melalui e-mel: uswah89@gmail.com, tel bimbit: 016-8219260 atau YM: uswah_teladan

Lihat profil lengkapku
Facebook
M.a. Uswah

Create Your Badge
Bicara Kata

Free chat widget @ ShoutMix
Ba'Alawi

Visit Ba'Alawi


Menyusuri Taman

Info Habaib (1)
Karya Bukuku (2)
Profil Penulis Habaib (1)
Taman Buku Habaib (10)
Taman Habaib (8)
Taman Habaib Arab Saudi (2)
Taman Habaib Indonesia (19)
Taman Habaib Malaysia (1)
Taman Habaib Singapura (2)
Taman Habaib Yaman (15)
Taman Mutiara Kata dan Nasihat Habaib (4)
Taman Puisi Habaib (1)
Video Habaib (1)

Ulama Habaib Yang Kucintai & Kagumi
Ulama Habaib Yang Kucintai & Kagumi
Habib Muhammad bin Husein Al-Aidrus

Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki

Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi

Habib Alwi Thahir Al-Haddad

Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi
Taman Web Manaqib Ulama Habaib

Alawayyin
Ajisetiawan
Ajisetiawan 1
Ahlus Sunah wal Jamaah
Ahlul Bait
Al-Gembira
Majlis Majlas
Sachrony
Kisah Wali
Kisah Imani
Al-Kisah Online
Nurul Musthofa
Habaib (Baru)
Alaviya Tayeb (Baru)

Taman Blog Muslimin

Al-Joofre
Al-Fanshuri
Bahrusshofa
Al-Amin Daud
M Syafii
Cahaya Mukmin
Alaviya Tayeb (Baru)

Taman Blog Muslimah

Al-Bazrah
Al-Qasam
Ummul Barakah
Al-Falahiah
Al-Maarif 87
Ukhti 27

Taman Wordpress

Qomar Fauzie

Taman Multiply

Raja Ahmad Raja Mukhlis
Sang Pengelana

Khazanah Manaqib Ulama Habaib

► 2010 (3)

► 2009 (18)

▼ 2008 (46)
► Desember (6)
► November (4)
► Oktober (5)
► September (5)
► Agustus (4)
► Juli (4)
► Juni (5)
► Mei (2)
▼ April (5)
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Habib Ali Kwi...
Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad
Majlis Maulidur Rasul S.A.W. & Haul Syeikh Abdul Q...
Habib Muhammad bin Hadi Assegaf, Memberi Nasihat M...
Habib Abu Bakar Al-Aidrus, Wali Besar Jarang Menya...
► Maret (6)

myspace counter
Pencinta Ulama Habaib

"Setiap sebab (penyebab pertalian keturunan) mahupun nasab (pengikat garis keturunan) akan terputus pada hari kiamat, kecuali sebab dan nasabku, dan setiap keturunan dinisbatkan kepada pengikat keturunannya yakni ayah mereka, kecuali putera-putera Fatimah, maka sesungguhnya akulah ayah mereka dan tali pengikat keturunan mereka" (Riwayat Al-Baihaqi, Al-Tabrani & lain-lain)
Habaib Ba Alawi 1 (Menarik)
Habaib Ba Alawi 2 (Menarik)
Nur Selawat - Syah, Salleh, Naim & Izzat
Mawlay - Muhammad Al-Husayn
Qasidah Habib Abdullah Alwi Al-Haddad

Al-Habib Salim bin Jindan

Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin Abdullah bin ‘Umar bin ‘Abdullah (BinJindan) bin Syaikhan bin Syaikh Abu Bakar bin Salim adalah ulama dan wali besar ini dilahirkan di Surabaya pada 18 Rajab 1324. Memulakan pengajiannya di Madrasah al-Khairiyyah, Surabaya sebelum melanjutkan pelajarannya ke Makkah, Tarim dan Timur Tengah. Berguru dengan ramai ulama. Seorang ahli hadis yang menghafal 70,000 hadis (i.e. ada yang mengatakan ratusan ribu hadis). Beliau juga seorang ahli sejarah yang hebat, sehingga diceritakan pernah beliau menulis surat dengan Ratu Belanda berisikan silsilah raja-raja Belanda dengan tepat. Hal ini amat mengkagumkan Ratu Belanda, lantas surat beliau diberi jawaban dan diberi pujian dan penghargaan, sebab tak disangka oleh Ratu Belanda, seorang ulama Indonesia yang mengetahui silsilahnya dengan tepat. Tetapi tanda penghargaan Ratu Belanda tersebut telah dibuang oleh Habib Salim kerana beliau tidak memerlukan penghargaan.
Dalam usaha dakwahnya, beliau telah mendirikan madrasah di Probolinggo serta mendirikan Majlis Ta’lim Fakhriyyah di Jakarta, selain merantau ke berbagai daerah Indonesia untuk tujuan dakwah dan ta’lim. Mempunyai ramai murid antaranya Kiyai Abdullah Syafi`i, Habib Abdullah bin Thoha as-Saqqaf, Kiyai Thohir Rohili, Habib Abdur Rahman al-Attas dan ramai lagi.
Habib Salim juga aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sehingga dipenjarakan oleh Belanda. Di zaman penjajahan Jepun, beliau juga sering dipenjara kerana ucapan-ucapannya yang tegas, bahkan setelah kemerdekaan Indonesia, beliau juga sering keluar masuk penjara kerana kritikannya yang tajam terhadap kerajaan apalagi dalam hal bersangkutan agama yang sentiasa ditegakkannya dengan lantang.
Sifat dan kepribadian luhurnya serta ilmunya yang luas menyebabkan ramai yang berguru kepada beliau, Presiden Soerkano sendiri pernah berguru dengan beliau dan sering dipanggil ke istana oleh Bung Karno. Waktu Perjanjian Renvil ditandatangani, beliau turut naik atas kapal Belanda tersebut bersama pemimpin Indonesia lain. Beliau wafat di Jakarta pada 10 Rabi`ul Awwal dan dimakamkan dengan Masjid al-Hawi, Jakarta……Al-Fatihah.

Ratapan 10 Muharram – Fatwa Habib Salim

Lantaran Revolusi Syiah Iran yang menumbangkan kerajaan Syiah Pahlavi, maka ada orang kita yang terpengaruh dengan ajaran Syiah. Bahkan ada juga keturunan Saadah Ba ‘Alawi yang terpengaruh kerana termakan dakyah Syiah yang kononnya mengasihi Ahlil Bait.
Habib Salim bin Ahmad BinJindan telah menulis sebuah kitab membongkar kesesatan Syiah yang diberinya jodol “Ar-Raa`atul Ghoomidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah”. Berhubung dengan bid`ah ratapan pada hari ‘Asyura, Habib Salim menulis, antaranya:-
• Dan di antara seburuk-buruk adat mereka daripada bid`ah adalah puak Rawaafidh (Syiah) meratap dan menangis setiap tahun pada 10 Muharram hari terbunuhnya al-Husain. Maka ini adalah satu maksiat dari dosa-dosa besar yang mewajibkan azab bagi pelakunya dan tidak sewajarnya bagi orang yang berakal untuk meratap seperti anjing melolong dan menggerak-gerakkan badannya.
• Junjungan Rasulullah s.a.w. telah menegah daripada perbuatan sedemikian (yakni meratap) dan Junjungan Rasulullah s.a.w. telah melaknat orang yang meratap. Dan di antara perkara awal yang diminta oleh Junjungan Rasulullah s.a.w. daripada wanita-wanita yang berbaiah adalah supaya mereka meninggalkan perbuatan meratap terhadap si mati, di mana Junjungan s.a.w. bersabda:- “Dan janganlah kalian merobek pakaian, mencabut-cabut rambut dan menyeru-nyeru dengan kecelakaan dan kehancuran”.
• Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadis daripada Sayyidina Ibnu Mas`ud r.a. bahawa Junjungan s.a.w bersabda: “Bukanlah daripada kalangan kami orang yang memukul dada, mengoyak kain dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (yakni meratap seperti ratapan kaum jahiliyyah).” Maka semua ini adalah perbuatan haram dan pelakunya terkeluar daripada umat Muhammad s.a.w. sebagaimana dinyatakan dalam hadis tadi.
• Telah berkata asy-Syarif an-Nashir li Ahlis Sunnah wal Jama`ah ‘Abdur Rahman bin Muhammad al-Masyhur al-Hadhrami dalam fatwanya: “Perbuatan menyeru `Ya Husain’ sebagaimana dilakukan di daerah India dan Jawa yang dilakukan pada hari ‘Asyura, sebelum atau selepasnya, adalah bid`ah madzmumah yang sangat-sangat haram dan pelaku-pelakunya dihukumkan fasik dan sesat yang menyerupai kaum Rawaafidh (Syiah) yang dilaknat oleh Allah. Bahawasanya Junjungan Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia daripada kalangan mereka dan akan dihimpun bersama mereka pada hari kiamat.”
Janganlah tertipu dengan dakyah Syiah. Pelajarilah betul-betul pegangan Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan berpegang teguh dengannya. Katakan tidak kepada selain Ahlus Sunnah wal Jama`ah, katakan tidak kepada Wahhabi, katakan tidak kepada Syiah.

Ulama dan Pejuang Kemerdekaan

Ulama Jakarta ini menguasai beberapa ilmu agama. Banyak ulama dan habaib berguru kepadanya. Koleksi kitabnya berjumlah ratusan. Ia juga pejuang kemerdekaan.

Pada periode 1940-1960, di Jakarta ada tiga habaib yang seiring sejalan dalam berdakwah. Mereka itu: Habib Ali bin Abdurahman Alhabsyi (Kwitang), Ali bin Husein Alatas (Bungur) dan Habib Salim bin Jindan (Otista). Hampir semua habaib dan ulama di Jakarta berguru kepada mereka, terutama kepada Habib Salim bin Jindan – yang memiliki koleksi sekitar 15.000 kitab, termasuk kitab yang langka. Sementara Habib Salim sendiri menulis sekitar 100 kitab, antara lain tentang hadits dan tarikh, termasuk yang belum dicetak.
Lahir di Surabaya pada 18 Rajab 1324 (7 September 1906) dan wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969), nama lengkapnya Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Jindan. Seperti lazimnya para ulama, sejak kecil ia juga mendapat pendidikan agama dari ayahandanya.
Menginjak usia remaja ia memperdalam agama kepada Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Habib Empang, Bogor), Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar (Bondowoso), Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya), Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf (Gresik), K.H. Cholil bin Abdul Muthalib (Kiai Cholil Bangkalan), dan Habib Alwi bin Abdullah Syahab di Tarim, Hadramaut.
Selain itu ia juga berguru kepada Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih, seorang ahli hadits dan fuqaha, yang sat itu juga memimpin Madrasah Al-Khairiyah di Surabaya. Bukan hanya itu, ia juga rajin menghadiri beberapa majelis taklim yang digelar oleh para ulama besar. Kalau dihitung, sudah ratusan ulama besar yang ia kunjungi.
Dari perjalanan taklimnya itu, akhirnya Habib Salim mampu menguasai berbagai ilmu agama, terutama hadits, tarikh dan nasab. Ia juga hafal sejumlah kitab hadits. Berkat penguasaannya terhadap ilmu hadits ia mendapat gelar sebagai muhaddist, dan karena menguasai ilmu sanad maka ia digelari sebagai musnid.
Mengenai guru-gurunya itu, Habib Salim pernah berkata, “Aku telah berkumpul dan hadir di majelis mereka. Dan sesungguhnya majelis mereka menyerupai majelis para sahabat Rasulullah SAW dimana terdapat kekhusyukan, ketenangan dan kharisma mereka.” Adapun guru yang paling berkesan di hatinya ialah Habib Alwi bin Muhammad Alhaddad dan Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf. Tentang mereka, Habib Salim pernah berkata, ”Cukuplah bagi kami mereka itu sebagai panutan dan suri tauladan.”
Pada 1940 ia hijrah ke Jakarta. Di sini selain membuka majelis taklim ia juga berdakwah ke berbagai daerah. Di masa perjuangan menjelang kemerdekaan, Habib Salim ikut serta membakar semangat para pejuang untuk berjihad melawan penjajah Belanda. Itu sebabnya ia pernah ditangkap, baik di masa penjajahan Jepang maupun ketika Belanda ingin kembali menjajah Indonesia seperti pada Aksi Polisionil I pada 1947 dan 1948.
Dalam tahanan penjajah, ia sering disiksa: dipukul, ditendang, disetrum. Namun, ia tetap tabah, pantang menyerah. Niatnya bukan hanya demi amar makruf nahi munkar, menentang kebatilan dan kemungkaran, tetapi juga demi kemerdekaan tanah airnya. Sebab, hubbul wathan minal iman – cinta tanah air adalah sebagian dari pada iman.

Kembali Berdakwah
Setelah Indonesia benar-benar aman, Habib Salim sama sekali tidak mempedulikan apakah perjuangannya demi kemerdekaan tanah air itu dihargai atau tidak. Ia ikhlas berjuang, kemudian kembali membuka majelis taklim yang diberi nama Qashar Al-Wafiddin. Ia juga kembalin berdakwah dan mengajar, baik di Jakarta, di beberapa daerah maupun di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Kamboja.
Ketika berdakwah di daerah-daerah itulah ia mengumpulkan data-data sejarah Islam. Dengan cermat dan tekun ia kumpulkan sejarah perkembangan Islam di Ternate, Maluku, Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Timor Timur, Pulau Roti, Sumatera, Pulau Jawa. Ia juga mendirikan sebuah perpustakaan bernama Al-Fakhriah.
Di masa itu Habib Salim juga dikenal sebagai ulama yang ahli dalam menjawab berbagai persoalan – yang kadang-kadang menjebak. Misalnya, suatu hari, ketika ia ditanya oleh seorang pendeta, ”Habib, yang lebih mulia itu yang masih hidup atau yang sudah mati?” Maka jawab Habib Salim, “Semua orang akan menjawab, yang hidup lebih mulia dari yang mati. Sebab yang mati sudah jadi bangkai.”
Lalu kata pendeta itu, “Kalau begitu Isa bin Maryam lebih mulia dari Muhammad bin Abdullah. Sebab, Muhammad sudah meninggal, sementara Isa — menurut keyakinan Habib — belum mati, masih hidup.”
“Kalau begitu berarti ibu saya lebih mulia dari Maryam. Sebab, Maryam sudah meninggal, sedang ibu saya masih hidup. Itu, dia ada di belakang,” jawab Habib Salim enteng. Mendengar jawaban diplomatis itu, si pendeta terbungkam seribu bahasa, lalu pamit pulang. Ketika itu banyak kaum Nasrani yang akhirnya memeluk Islam setelah bertukar pikiran dengan Habib Salim.
Habib Salim memang ahli berdebat dan orator ulung. Pendiriannya pun teguh. Sejak lama, jauh-jauh hari, ia sudah memperingatkan bahaya kerusakan moral akibat pornografi dan kemaksiatan. “Para wanita mestinya jangan membuka aurat mereka, karena hal ini merupakan penyakit yang disebut tabarruj, atau memamerkan aurat, yang bisa menyebar ke seluruh rumah kaum muslimin,” kata Habib Salim kala itu.
Ulama besar ini wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969). Ketika itu ratusan ribu kaum muslimin dari berbagai pelosok datang bertakziah ke rumahnya di Jalan Otto Iskandar Dinata, Jakarta Timur. Iring-iringan para pelayat begitu panjang sampai ke Condet. Jasadnya dimakamkan di kompleks Masjid Alhawi, Condet, Jakarta Timur.
Almarhum meninggalkan dua putera, Habib Shalahudin dan Habib Novel yang juga sudah menyusul ayahandanya. Namun, dakwah mereka tetap diteruskan oleh anak keturunan mereka. Mereka, misalnya, membuka majelis taklim dan menggelar maulid (termasuk haul Habib Salim) di rumah peninggalan Habib Salim di Jalan Otto Iskandar Dinata.
Belakangan, nama perpustakaan Habib Salim, yaitu Al-Fachriyyah, diresmikan sebagai nama pondok pesantren yang didirikan oleh Habib Novel bin Salim di Ciledug, Tangerang. Kini pesantren tersebut diasuh oleh Habib Jindan bin Novel bin Salim dan Habib Ahmad bin Novel bin Salim – dua putra almarhum Habib Novel. “Sekarang ini sulit mendapatkan seorang ulama seperti jid (kakek) kami. Meski begitu, kami tetap mewarisi semangatnya dalam berdakwah di daerah-daerah yang sulit dijangkau,” kata Habib Ahmad, cucu Habib Salim bin Jindan.
Ada sebuah nasihat almarhum Habib Salim bin Jindan yang sampai sekarang tetap diingat oleh keturunan dan para jemaahnya, ialah pentingnya menjaga akhlak keluarga. ”Kewajiban kaum muslimin, khususnya orangtua untuk menasihati keluarga mereka, menjaga dan mendidik mereka, menjauhkan mereka dari orang-orang yang bisa merusak akhlak. Sebab, orangtua adalah wasilah (perantara) dalam menuntun anak-anak. Nasihat seorang ayah dan ibu lebih berpengaruh pada anak-anak dibanding nasehat orang lain.

Sifat-sifat Wahabi / Salafi yang Tercela

Dari Kitab DURARUSSANIYAH FIR RADDI ALAL WAHABIYAH Syeikhul Islam Allamah Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan Asy-Syafi'i.


Diantara sifat-sifatnya yang tercela ialah kebusukannya dan kekejiannya dalam melarang orang berziarah ke makam Nabi saw dan membaca sholawat atas Nabi saw, bahkan Muhammad bin Abdul Wahhab sampai menyakiti orang yang hanya sekedar mendengarkan bacaan sholawat dan yang membacanya dimalam Jum'at serta yang mengeraskan bacaannya di atas menara-menara dengan siksaan yang amat pedih.

Pernah suatu ketika salah seorang lelaki buta yang memiliki suara yang bagus bertugas sebagai muadzin, dia telah dilarang mengucapkan shalawat di atas menara, namun lelaki itu selesai melakukan adzan membaca shalawat, maka langsung seketika itu pula dia diperintahkan untuk dibunuh, kemudian dibunuhlah dia. Setelah itu Muhammad bin Abdul Wahhab berkata : "perempuan-perempuan yang berzina dirumah pelacuran adalah lebih sedikit dosanya daripada para muadzin yang melakukan adzan di menara-menara dengan membaca shalawat atas Nabi.

Kemudian dia memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya bahwa apa yang dilakukan itu adalah untuk memelihara kemurnian tauhid. Maka betapa kejinya apa yang diucapkannya dan betapa jahatnya apa yang dilakukanya Tidak hanya itu saja, bahkan diapun membakar kitab Dalail ul-Khairat. Kitab Dalail Khairat adalah kitab yang memuat 200 Nama-nama Nabi saw, kitab inilah yang dibaca para pejuang Afghanistan sehingga mampu mengusir Uni Sovyet / Rusia, seperti juga Salahuddin al Ayubi yang menghidupkan Mawlid Nabi sehingga tentaranya mampu menahan pasukan Nasrani.

Namun kemudian Wahabi mengirim Taliban yang akan membakar kitab-kitab tsb) dan juga kitab-kitab lainnya yang memuat bacaan-bacaan shalawat serta keutamaan membaca salawat Nabi saw ikut dibakar, sambil berkata apa yang dilakukan ini semata-mata untuk memelihara kemurnian tauhid.

Dia juga melarang para pengikutnya membaca kitab-kitab fiqih, tafsir dan hadits serta membakar sebagian besar kitab-kitab tsb, karena dianggap susunan dan karangan orang-orang kafir. Kemudian menyarankan kepada para pengikutnya untuk menafsirkan Al Qur'an sesuai dengan kadar kemampuannya, sehingga para pengikutnya menjadi BIADAB dan masing-masing menafsirkan Al Qur'an sesuai dengan kadar kemampuannya, sekalipun tidak secuilpun dari ayat Al Qur'an yang dihafalnya.

Lalu ada seseorang dari mereka berkata kepada seseorang : "Bacalah ayat Al Qur'an kepadaku, aku akan menafsirkanya untukmu, dan apabila telah dibacakannya kepadanya maka dia menafsirkan dengan pendapatnya sendiri. Dia memerintah kepada mereka untuk mengamalkan dan menetapkan hukum sesuai dengan apa yang mereka fahami serta memperioritaskan kehendaknya diatas kitab-kitab ilmu dan nash-nash para ulama, dia mengatakan bahwa sebagian besar pendapat para imam keempat madzhab itu tidak ada apa-apanya.

Sekali waktu, kadang memang dia menutupinya dengan mengatakan bahwa para imam ke empat madzhab Ahlus Sunnah adalah benar, namun dia juga mencela orang-orang yang sesat lagi menyesatkan. Dan dilain waktu dia mengatakan bahwa syari'at itu sebenarnya hanyalah satu, namun mengapa mereka (para imam madzhab) menjadikan 4 madzhab.

Ini adalah kitab Allah dan Sunnah Rasul, kami tidak akan beramal, kecuali dengan berdasar kepada keduanya dan kami sekali-kali tidak akan mengikuti pendapat orang-orang Mesir, Syam dan India. Yang dimaksud adalah pendapat tokoh-tokoh ulama Hanabilah dll dari ulama-ulama yang menyusun buku-buku yang menyerang fahamnya.

Dengan demikian, maka faham Wahabi adalah orang yang membatasi kebenaran, hanya yang ada pada sisinya, yang sejalan dengan nash-nash syara' dan ijma' ummat, serta membatasi kebathilan di sisinya apa yang tidak sesuai dengan keinginannya, sekalipun berada diatas nash yang jelas yang sudah disepakati oleh ummat.

Dan mereka wahabi adalah orang yang mengurangi keagungan Rasulullah saw dengan banyak sekali atas dasar memelihara kemurnian tauhid mereka mengatakan bahwa Nabi saw itu tak ubahnya :"THORISY". Thorisy adalah istilah kaum orientalis yang berarti seseorang yang diutus dari suatu kaum kepada kaum yang lain. Artinya, bahwa Nabi saw itu adalah pembawa kitab, yakni puncak kerasulan beliau itu seperti "Thorisy" yang diperintah seorang amir atau yang lain dalam suatu masalah untuk manusia agar disampaikannya kepada mereka, kemudian sesudah itu berpaling.

Mereka menganggap Rasulullah saw tak ubahnya seperti seorang tukang pos yang bertugas menyampaikan surat kepada orang yang namanya tercantum dalam sampul surat, kemudian sesudah menyampaikannya kepada yang bersangkutan, maka pergilah dia. Dengan ini maka jelaslah bahwa kaum Wahabi hanya mengambil al Qur'an sebagian dan sebagian dia tinggalkan.

Dan meraka (para pengikutnya itu) pun memberitahukan apa yang mereka ucapkan itu kepadanya namun dia menampakkan kerelaannya, serta boleh jadi mereka juga mengucapkan kata-kata itu dihadapan gurunya, namun rupa-rupanya dia juga merestuinya, sehingga ada sebagian pengikutnya yang berkata :"SESUNGGUHNYA TONGKATKU INI LEBIH BERGUNA DARIPADA MUHAMMAD, KARENA TONGKATKU INI BISA AKU PAKAI UNTUK MEMUKUL ULAR, SEDANG MUHAMMAD SETELAH MATI TIDAK ADA SEDIKITPUN KEMANFA'ATAN YANG TERSISA DARINYA, KARENA DIA (RASULULLAH S A W) ADALAH SEORANG THORISY DAN SEKARANG SUDAH BERLALU".

Sebagian ulama' yang menyusun buku yang menolak faham ini mengatakan bahwa ucapan-ucapan seperti itu adalah "KUFUR" menurut ke empat madzhab, bahkan kufur menurut pandangan seluruh para ahli Islam.

Catatan :

Jika perlakuan Abdul Wahhab dan pengikutnya kepada Nabi s a w sedemikian rupa, maka apakah masuk akalkah orang-orang kayak ini setia kepada sahabat dan kaum Salafush-Sholihin ? Sungguh sangat berbeda antara Salfus Solihin dengan mereka saat ini, jadi pengakuannya sebagai akidah yang mengikuti Salaf-Sholeh / Ahlussunnah Wal Jama'ah adalah penipuan untuk mengelabuhi orang-orang awam.

Jika Nabi s a w dikatakan "Thorisy karena sudah berlalu", mengapa para pengikut Wahabi itu tidak juga mengatakan Muhammad bin Abdul Wahhab itu "sudah berlalu", mengapa mereka masih diangung-agungkan dan diikuti dengan taklid. Inilah yang dinamakan "PELARANGAN PENGKULTUSAN YANG MELAHIRKAN PENGKULTUSAN BARU".

- Wahabi membid'ahkan Mawlid Salawat Nabi, semntara dalam Al-Qur'an Allah berfirman, Innalloha wa malaikatuhu yu sholluna alan Nabi, Ya ayyuhal ladzina amanu shollu alaiihi wa salimu taslima. "Aku dan Malaikatku bersalawat untuk nabi, wahai orang yang beriman, bersalawatlah kalian dan menucapkan salam kepada nabi saw". Allah swt menyuruh kita solat, puasa, zakat, haji, tetapi Allah tak perlu dan tak butuh solat kita, Allah menuruh kita bersalawat atas nabi, dan Allah sendiri bersalawat kepada Nabi saw.

- Orang-orang Wahabi yang membenci Mawlid Nabi ini nantinyapun minta syafa'at pada Nabi saw di Hari Mahsyar nanti, sementara didunia ini mereka membenci orang2 yang bersalawat.

- Mereka membid'ahkan ziarah ke makam Nabi saw, sementara mereka sendiri menziarahi makam Abdul Wahab. Mereka pun berziarah kemakam orang tuanya ketika puasa akan dimulai, atau ketika lebaran. Sementara mereka membid'ahkan ziarah. Ziarah dalam hadist Nabi saw bahkan dianjurkan untuk mengingat mati. Apakah kita tak boleh berziarah kemakam orang tua kita, memeliharanya, mendoakan guru-guru kita yang mengajarkan Islam kepada kita. Inilah Islam sejati yang penuh cinta, bukan seperti Islam Wahabai salafi yang penuh kemarahan dengan kata-kata Bid'ah. Ucapannya menyakiti hati sesama muslim lainnya.

- Wahabi melarang Mawlid Nabi saw yang artinya memperingati Kelahiran Nabi tercinta saw, tetapi mereka merayakan hari ulang tahun anaknya , orang tuanya. Bila mereka mengatakan tak tak merayakan, lihatlah bahkan betapa keringnya hati mereka, tak ada cinta samasekali. Bukan Islam yang kering seperti ini yang dianut Mayoritas Muslim dunia. Ahlul Sunah wal Jamaah hampir 90% masyarakat muslim dunia merayakan mawlid, di Yaman , Damascus, Yordania, Negara- afrika, Asia Tenggara, Timur Tengah dll.

Wahabi di Indonesia sangat sedikit dan minoritas, tetapi lihatlah teriakan mereka begitu menantang para Ahlul Sunah wal Jamaah, Islam tradisional (90%) mereka telah menabuh genderang peperangan kepada kaum muslim yang lain di Indonesia dan di negara2 lain. Mereka diusir di Eropa Amerika karena faham fundamentalis radikalnya.

Wa min Allah at Tawfiq

How low will we go? Check out Yahoo! Messenger’s low PC-to-Phone call rates. __._,_.___

Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.

Tingkatan Islam, Tingakatan Iman Dan Tingkatan Ihsan

“Tingkatan Islam, Tingakatan Iman Dan Tingkatan Ihsan” ketegori Muslim.

Tingkatan Islam, Tingakatan Iman Dan Tingkatan Ihsan

Kategori Mabhats

Jumat, 12 Maret 2004 22:19:08 WIB

TIGA LANDASAN UTAMA

Oleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
Bagian Ketiga dari Empat Tulisan [3/4]

MENGENAL ISLAM

Islam, ialah berserah diri kpd Allah dgn tauhid dan tunduk kpd-Nya dgn penuh kepatuhan akan segala perintah-Nya serta menyelamatkan diri dari peruntukan syirik dan orang-orang yg beruntuk syirik.

Dan agama Islam, dalam pengertian tersebut, mempunyai tiga tingkatan, yaitu : Islam, Iman dan Ihsan, masing-masing tingkatan mempunyai rukun-rukunnya.

I. Tingkatan Islam

Adapun tingkatan Islam, rukun ada lima :

[1] Syahadat (pengakuan dgn hati dan lisan) bahwa “Laa Ilaaha Ilallaah” (Tiada sesembahan yg haq selain Allah) dan Muhammad ialah Rasulullah.
[2] Mendirikan shalat.
[3] Mengeluarkan zakat.
[4] Shiyam pada bulan Ramadhan.
[5] Haji ke Baitullah Al-Haram.

[1]. Dalil Syahadat.

Firman Allah Ta’ala.
“Arti : Allah menyatakan bahwa tiada sesembahan (yg haq) selain Dia, dgn senantiasa menegakkan keadilan (Juga menyatakan demikian itu) para malaikat dan orang-orang yg berilmu. Tiada sesembahan (yg haq) selain Dia. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. [Al-Imraan : 18]

“Laa Ilaaha Ilallaah”‘ arti : Tiada sesembahan yg haq selain Allah.

Syahadat ini mengandung dua unsur : menolak dan menetapkan. “Laa Ilaaha”, ialah menolak segala sembahan selain Allah. “Illallaah” ialah menetapkan bahwa penyembahan itu ha untuk Allah semata-mata, tiada sesuatu apapun yg boleh dijadikan sekutu didalam penyembahan kpd-Nya, sebagaimana tiada sesuatu apapun yg boleh dijadikan sekutu di dalam kekuasaan-Nya.

Tafsiran syahadat tersebut diperjelas oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Arti : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kpd bapak dan kpd kaum : ‘Sesungguh aku menyatakan lepas dari segala yg kamu sembah, kecuali Tuhan yg telah menciptakan-ku, krn sesungguh Dia akan menunjuki’. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yg kekal pada keturunan supaya mereka senantiasa kembali (kpd tauhid)”. [Az-Zukhruf : 26-28]

“Arti : Katakanlah (Muhammad) : ‘Hai ahli kitab ! Marilah kamu kpd suatu kalimat yg tdk ada perselisihan antara kami dan kamu, yaitu ; hendaklah kita tdk menyembah selain Allah dan tdk mempersekutukan sesuatu apapun dgn-Nya serta janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yg lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kpd mereka :’Saksikanlah, bahwa kami ialah orang-orang yg muslim (menyerahkan diri kpd Allah)”. [Ali ‘Imran : 64]

Adapun dalil syahadat bahwa Muhammad ialah Rasulullah.

Firman Allah Ta’ala.

“Arti : Sungguh, telah datang kpdmu seorang rasul dari kalangan kamu sendiri, terasa berat oleh penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) untukmu, amat belas kasihan lagi penyayg kpd orang-orang yg beriman”. [At-Taubah : 128]

Syahadat bahwa Muhammad ialah Rasulullah, berarti : mentaati apa yg diperintahkannya, membenarkan apa yg diberitakannya, menjauhi apa yg dilarang serta dicegahnya, dan menyembah Allah ha dgn cara yg disyariatkannya.

[2]. Dalil Shalat dan Zakat serta tafsiran Tauhid.

Firman Allah Ta’ala.
“Arti : Padahal mereka tdklah diperintahkan kecuali supaya beribadah kpd Allah, dgn memurnikan ketaatan kpd-Nya lagi bersikap lurus, dan supaya mereka mendirikan Shalat serta mengeluarkan Zakat. Demikian itulah tuntunan agama yg lurus”. [Al-Bayyinah : 5]

[3]. Dalil Shiyam

Firman Allah Ta’ala.
“Arti : Wahai orang-orang yg beriman ! Diwajibkan kpd kamu untuk melakukan shiyam, sebagaimana telah diwajibkan kpd orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. [Al-Baqarah : 183]

[4]. Dalil Haji.

Firman Allah Ta’ala.
“Arti : Dan ha untuk Allah, wajib bagi manusia melakukan haji, yaitu (bagi) orang yg mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dan barangsiapa yg mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguh Allah Maha tdk memerlukan semsesta alam”. [Al ‘Imran : 97)]

II. Tingkatan Iman.

Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yg paling tinggi ialah syahadat “Laa Ilaaha Ilallaah”, sedang cabang yg paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu ialah salah satu dari cabang Iman.

Rukun Iman ada enam, yaitu :

[1] Iman kpd Allah.
[2] Iman kpd para Malaikat-Nya.
[3] Iman kpd Kitab-kitab-Nya.
[4] Iman kpd para Rasul-Nya.
[5] Iman kpd hari Akhirat, dan
[6] Iman kpd Qadar, yg baik dan yg buruk. (Qadar : takdir, ketentuan Ilahi. Yaitu : Iman bahwa segala sesuatu yg terjadi di dalam semesta ini ialah diketahui, dikehendaki dan dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala).
Dalil keenam rukun ini, firman Allah Ta’ala.

“Arti : Berbakti (dari Iman) itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu (dalam shalat) ke arah Timur dan Barat, tetapi berbakti (dan Iman) yg sebenar ialah iman seseorang kpd Allah, hari Akhirat, para Malaikat, Kitab-kitab dan Nabi-nabi…” [Al-Baqarah : 177]

Dan firman Allah Ta’ala.

“Arti : Sesungguh segala sesuatu telah Kami ciptakan sesuai dgn qadar”. [Al-Qomar : 49]

III. Tingkatan Ihsan.

Ihsan, rukun ha satu, yaitu :

“Arti : Beribadah kpd Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tdk melihat-Nya, maka sesungguh Dia melihatmu”. [Pengertian Ihsan tersebut ialah penggalan dari hadits Jibril, yg dituturkan oleh Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu, sebagaimana akan disebutkan]

Dalilnya, firman Allah Ta’ala.

“Arti : Sesungguh Allah bersama orang-orang yg bertakwa dan orang-orang yg beruntuk ihsan”. [An-Nahl : 128]

Dan firman Allah Ta’ala.

“Arti : Dan bertakwallah kpd (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayg. Yang melihatmu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yg sujud. Sesunnguh Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [Asy-Syu’araa : 217-220]

Serta firman-Nya.

“Arti : Dalam keadaan apapun kamu berada, dan (ayat) apapun dari Al-Qur’an yg kamu baca, serta pekerjaan apa saja yg kamu kerjakan, tdk lain kami ialah menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”. [Yunus : 61]

Adapun dalil dari Sunnah, ialah hadits Jibril[1] yg masyhur, yg diriwayatkan dari ‘Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu.

“Arti : Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul ke arah kami seorang laki-laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya, tdk tampak pada tubuh tanda-tanda sehabis dari bepergian jauh dan tiada seorangpun di antara kami yg mengenalnya. Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dgn menyandarkan kelutut pada kedua lutut beliau serta meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua paha beliau, dan berkata : ‘Ya Muhammad, beritahulah aku tentang Islam’, maka beliau menjawab :’Yaitu : bersyahadat bahwa tiada sesembahan yg haq selain Allah serta Muhammad ialah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, melakukan shiyam pada bulan Ramadhan dan melaksanakan haji ke Baitullah jika kamu mampu untuk mengadakan perjalanan ke sana’. Lelaki itu pun berkata : ‘Benarlah engkau’. Kata Umar :’Kami merasa heran kpdnya, ia berta kpd beliau, tetapi juga membenarkan beliau. Lalu ia berkata : ‘Beritahulah aku tenatng Iman’. Beliau menjawab :’Yaitu : Beriman kpd Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari Akhirat, serta beriman kpd Qadar yg baik dan yg buruk’. Ia pun berkata : ‘Benarlah engkau’. Kemudian ia berkata : ‘Beritahullah aku tentang Ihsan’. Beliau menjawab : Yaitu : Beribadah kpd Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tdk melihat-Nya, maka sesungguh Dia melihatmu’. Ia berkata lagi. Beritahulah aku tentang hari Kiamat. Beliau menjawab : ‘Orang yg dita tentang hal tersebut tdk lebih tahu dari pada orang yg bertanya’. AKhir ia berkata :’Beritahulah aku sebagian dari tanda-tanda Kiamat itu’. Beliau menjawab : Yaitu : ‘Apabila ada hamba sahaya wanita melahirkan tuan dan apabila kamu melihat orang-orang tak beralas kaki, tak berpakaian sempurna melarat lagi, pengembala domba saling membangga-banggakan diri dalam membangun bangunan yg tinggi’. Kata Umar : Lalu pergilah orang laki-laki itu, semantara kami berdiam diri saja dalam waktu yg lama, sehingga Nabi berta : Hai Umar, tahukah kamu siapakah orang yg berta itu ? Aku menjawab : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau pun bersabda : ‘Dia ialah Jibril, telah datang kpd kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian”. [2]

[Disalin dari buku Tiga Landasan Utama, Oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hal 18-26, Kementrian Urusan Islam, Waqaf, Da’wah dan Penyuluhan Urusan Penerbitan dan Penyebarab Kerajaan Arab Saudi]
________
Fote Note.
[1] Disebut hadits jibril, krn jibril-lah yg datang kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dgn menanyakan kpd beliau tentang, Islam, Iman dan masalah hari Kiamat. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan pelajaran kpd kaum muslimin tentang masalah-masaalah agama.
[2]. [Hadits Riwayat Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Iman, bab 1, hadits ke 1. Dan diriwayatkan juga hadits dgn lafadz seperti ini dari Abu Hurairah oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al-Iman, bab 37, hadits ke 1.