Konon, menurut cerita Mbah Darsim Bhewok, sang juru kunci Petilasan Jaka Tinggkir, pada jaman dahulu kala, pada saat Kampung Rawagede masih berbentuk hutan belantara, Jaka Tinggkir pernah mampir di salah satu tempat di Rawagede ini untuk melakukan Tapa Brata mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Beliau duduk bersila diatas tanah tanpa ada pelindung dari apapun. Kalau hujan-kena hujan dan kalau panas juga kena panas. Beliau tidak memperdulikan dirinya lagi, tujuan beliau satu-satunya adalah benar-benar konsentrasi untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik.
“Saking berkonsentrasinya bersemedi, beliau sudah tidak merasakan apa-apa lagi gangguan dari luar. Menurut cerita, karena kesaktian yang beliau miliki, setiap binatang yang akan mendekat mati seketika sebelum bisa menyentuh badan beliau. Kalau ada nyamuk terbang dan akan hinggap di badannya, sebelum nyamuk tersebut bisa menempel di badan beliau, nyamuk tersebut mati. Begitupun halnya dengan berbagai binatang lain,” tutur Mbah Darsim.
Jaka (Joko) Tingkir adalah nama julukan dari Mas Karebet, anak dari Kebo Kenanga, murid Syekh Siti Jenar. Ia diangkat anak oleh janda Nyi Ageng dari desa Tingkir, guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga, kemudian Ki Ageng Selo. Dalam pengembaraannya untuk mempelajari agama dan ilmu kesaktiannya, sampailah Ia di Wilayah Rawagede yang kini menjadi patilasannya. (Agus Kusmawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar